Jumat, 11 November 2016

Tradisi Pernikahan Adat Betawi


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, November 2016

                                                                                         
Penyusun














DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................................
Daftarisi.....................................................................................................................

Bab I Pendahuluan ....................................................................................................
A. Latar belakang.......................................................................................................
B.
Upacara Perkawinan.............................................................................................
C. Unsur - unsur kebudayaan adat betawi.................................................................

Bab II Makna Tradisi Pernikahan...............................................................................
A. Makna tradisi pernikahan
adat betawi.................................................................
B. Beberapa fungsi dari upacara daur hidup............................................................

Bab III Alur Pernikahan..............................................................................................
A. Tahapan
pernikahan adat betawi..........................................................................

B. Adat menetap setelah menikah ..........................................................................

C. Petasan dalam adat pernikahan orang betawi ...................................................


Bab IV Lampiran
Pembicaraan dan Dokumentasi.....................................................
A.        Transkip pembicaraan wawancara dengan narasumber...................................
B.        Dokumentasi...................................................................................................................
Daftarpustaka........................................................................................................................















BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Disetiap daerah mempunyai simbol pernikahan yang beranekaragam jenis dan bentuknya dan pastinya memiliki arti tersendiri serta kepercayaan dari masing-masing adat dan kebudayaan. Kita pasti tahu apa arti dari simbol pernikahan, yang dimaksud dengan simbol pernikahan adalah sesuatu hal atau barang yang menjadi ciri khas atau identik dari setiap perayaan atau resepsi pernikahan dan selalu ada dalam acara pernikahan tersebut. Banyak yang beranggapan bahwa dari suatu jenis atau macam dari simbol pernikahan itu pasti berbeda-beda dari kebudayaan ke budaya lainnya. Dalam hal ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai pernikahan dalam adat betawi di Indonesia.

B.        UpacaraPerkawinan
Upacara perkawinan adat Betawi ditandai dengan serangkaian prosesi.Didahului masa perkenalan melalui Mak Comblang.Dilanjutkan lamaran.Pingitan.Upacara siraman.Prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan uang logam yang diapit lalu digunting.Malam pacar, mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.
Puncak adat Betawi adalah Akad nikah.Mempelai wanita memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket.Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong.Dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit menandakan masih gadis saat menikah.Mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, Hem, Jas, serta kopiah.Ditambah baju Gamis berupa Jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai.

C.        Unsur – Unsur Kebudayaan Betawi
1.      Sistem Mata Pencaharian
Mata pencaharian orang Betawi bisa dibedakan. Antara lain sebagai berikut :
a.      Mereka yang berada di tengah kota menunjukkan mata pencaharian yang bervariasi, misalnya sebagai pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang seperti membuat meubel.
b.      Mereka yang berada di daerah pinggiran hidup sebagai petani sawah, buah-buahan, pedagang kecil, memelihara ikan, dan sekarang di antara mereka banyak yang menjadi buruh pabrik, guru, dan lain-lain.
2.      Sistem Iptek
Pada umumnya banyak yang beranggapan bahwa Orang Betawi itu malas bekerja, berebut warisan, sering berkelahi, dan lain-lain.Sehingga mereka dibilang “Ngontrak di Tanah Sendiri”.
Sebenarnya banyak orang- orang Betawi yang sudah sangat maju dalam hal pendidikan dan cara berpikir karena tersentuh modernisasi oleh karena itu  mereka mempunyai visi yang jelas, tujuan hidup yang pasti dan berpendidikan.
Sayangnya, citra orang Betawi yang terus-menerus ditampilkan di layar televisi adalah orang Betawi yang malas bekerja, berebut warisan, berkelahi dengan keluarga, kalaupun sekolah sifatnya mengaji gaya kampung. Karena pada umumnya mereka masih mempunyai sikap yang sama dengan pendahulunya, seperti tidak kemaruk pangkat, tidak mempunyai ambisi yang terlalu tinggi, hidup bagaikan mengikuti aliran air atau ke mana angin berembus.

3.      Sistem Kekerabatan Masyarakat
Dalam penarikan garis keturunan, mereka mengikuti prinsip bilineal, artinya menarik garis keturunan kepada pihak ayah dan pihak ibu.Adat menetap nikah sangat tergantung kepada perjanjian kedua pihak sebelum perpisahan berlangsung.Ada yang menetap secara patrilokal maupun matrilokal.Masyarakat Betawi atau Jakarta asli dalam hal susunan masyarakat dan sistem kekerabatanya, pada umumnya menganut sistem patrilineal

4.      Sistem Peralatan Hidup
Betawi memiliki perkembangan yang bisa dikatakan paling pesat dari semua daerah yang tersebar di Indonesia.Begitu juga dengan pesatnya perkembangan teknologi yang dialami di Jakarta.
Teknologi Suku Betawi didatangkan dari negara asing, seperti senjata api, kapal laut, kompas, teropong, peralatan pabrik dan bercocok tanam, dan lain sebagainya.
Masyarakat Betawi banyak mengadaptasi perkembangan peralatan teknologi yang di buat di Jepang.Sayang untuk dikatakan, tetapi masyarakat Betawi merupakan konsumen yang memiliki sifat ‘konsumtif’ yang secara langsungmempengaruhi negara kita.

5.      Sistem Bahasa
Bahasa Betawi merupakan bahasa sehari-hari suku asli ibu kota negara Indonesia yaitu Jakarta. Bahasa ini mempunyai banyak kesamaan dengan Bahasa resmi Indonesia yaitu Bahasa Indonesia.Bahasa Betawi merupakan salah satu anak Bahasa Melayu, banyak istilah Melayu Sumatra ataupun Melayu Malaysia yang digunakan dalam Bahasa Betawi, seperti kata “niari” untuk hari ini.Ciri khas Bahasa Betawi adalah mengubah akhiran “A” menjadi “E”.sebagai contoh, Siape, Dimane, Ade Ape, Kenape.
6.      Sistem Kesenian
Suku Betawi memiliki banyak kesenian yaitu :
a.      Tari Betawi
b.      Musik betawi
c.       Ondel-ondel
d.      Cerita rakyat
e.      Lenong








7.      Sistem Religi
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali.Menurut H. Mahbub Djunaidi kebudayaan betawi sebagai suatu subkultur hampir tidak bisa dipisahkan dengan agama Islam.Agama Islam sangat mengakar dalam kebudayaan Betawi terlihat dalam berbagai kegiatan masyarakat betawi dalam menjalani kehidupan.







BAB II
TRADISI PERNIKAHAN

A.       Makna Tradisi Pernikahan
Perkawinan dalam masyarakat Betawi merupakan salah satu daur hidup yang sangat penting.Dalam pelaksanannya, rangkaian upacara perkawinan tersebut tak terlepas dari adat-istiadat yang berlaku dan masih dipegang teguh oleh masyarakat Betawi. Dalam rangkaian upacara perkawinan Betawi, ada beberapa langkah yang harus dihadapi oleh calon penganten yang antara lain: ngedelengin, ngelamar, bawa tanda putus, akad nikah, kebesaran, acare negor, dan pulang tige ari.
Perkawinan bagi banyak masyarakat dianggap sangat penting.Perkawinan dipandang sebagai peristiwa sosial dan agama.Perkawinan bukan saja bermakna sebagai peralihan dari masa lajang ke kehidupan berumah tangga tetapi juga dipandang sebagai pemenuhan kewajiban agama.Di samping itu, perkawinan juga dipandang sebagai suatu wadah untuk menunjukkan gengsi kemasyarakatan.

B.        Beberapa fungsi dari upacara daur hidup antara lain:
1.    Fungsi religius, yaitu meredam kekhawatiran akan adanya malapetaka yang akan menimpa suatu masyarakat tertentu apabila tidak melaksanakan upacara daur hidup.
2.    Fungsi sosial, yaitu sebagai aktivitas untuk menumbuhkan kembali semangat kehidupan sosial antara warga masyarakat dan juga sebagai kontrol sosial.
3.    Fungsi kepariwisataan, yaitu strategi untuk menarik wisatawan yang dapat menghasilkan modal wisatA

Terdapat pula nilai-nilai yang terkandung dalam daur hidup suatu kebudayaan tertentu, antara lain:
1.      Nilai kegotongroyongan
2.      Nilai musyawarah

 

 

 

 

 

 

BAB III
ALUR PERNIKAHAN

A.       Tahapan dalam Rangkaian Upacara Pernikahan Betawi

1.   Ngedelengin

Untuk sampai ke jenjang perkawinan, sepasang muda-mudi (sekarang) biasanya melalui tingkat pacaran yang disebut berukan.Masa ini dapat diketahui oleh orangtua kedua belah pihak, tetapi tidak asing kalau orangtua kedua belah pihak tidak mengetahui anaknya sedang pacaran.

Sistem perkawinan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam, kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan.Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi bebas memilih teman hidup mereka sendiri.Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa terjadi tersebut dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orangtua kedua belah pihak sangat penting, karena orangtualah yang akan membantu terlaksanakannya perkawinan tersebut.

Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya perkawinan adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi.Bila sudah ada kecocokan, orangtua pemuda lalu melamar ke orangtua si gadis.Masa perkenalan antara pria dan wanita pada budaya Betawi zaman dulu tidak berlangsung begitu saja atau terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, diperlukan Mak Comblang seperti Encing atau Encang (Paman dan bibi) yang akan mengenalkan kedua belah pihak.

Istilah lain yang juga dikenal dalam masa perkenalan sebelum perkawinan dalam adat Betawi adalah ngedelengin. Dulu, di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis bila si gadis ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan oleh Mak Comblang atas permintaan orangtua si pemuda.Hal ini merupakan awal dari tugas dan pekerjaan ngedelengin.

Ngedelengin bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka sendiri.Pada sebuah keriaan atau pesta perkawinan biasanya ada malem mangkat.Keriaan seperti ini melibatkan partisipasi pemuda.Di sinilah ajang tempat bertemu dan saling kenalan antara pemuda dan pemudi.Ngedelengin juga bisa dilakukan oleh orangtua walaupun hanya pada tahap awalnya saja.

Setelah menemukan calon yang disukai, kemudian Mak Comblang mengunjungi rumah si gadis.Setelah melalui obrolan dengan orangtua si gadis, kemudian Mak Comblang memberikan uangsembe (angpaw) kepada si gadis.Kemudian setelah ada kecocokan, sampailah pada penentuanngelamar. Pada saat itu Mak Comblang menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi bawaan ngelamar.

 

2.      Ngelamar

Bagi orang Betawi, ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga laki-laki (calon tuan mantu) untuk melamar wanita (calon none mantu) kepada pihak keluarga wanita. Ketika itu juga keluarga pihak laki-laki mendapat jawaban persetujuan atau penolakan atas maksud tersebut.Pada saat melamar itu, ditentukan pula persyaratan untuk menikah, di antaranya mempelai wanita harus sudah tamat membaca Al Quran.




 









Yang harus dipersiapkan dalam ngelamar ini adalah:
a.      Sirih lamaran



 







b.       Pisang raja










c.       Roti Buaya





     d. Hadiah Pelengkap






Para utusan  yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil orang tua dari calon tuan mantu terdiri dari  sepasang wakil  keluarga ibu dan bapak.



4.      Bawa tande putus

 

 

 

 

 

 

 

 

Cincin belah rotan
Tanda putus bisa berupa apa saja. Tetapi biasanya pelamar memberikan bentuk cincin belah rotan sebagai tanda putus. Tande putus artinya bahwa none calon mantu telah terikat dan tidak lagi dapat diganggu gugat oleh pihak lain walaupun pelaksanaan tande putus dilakukan jauh sebelum pelaksanaan acara akad nikah.
Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan acara bawa tande putus dilakukan hari yang sama seminggu sesudahnya. Pada acara ini utusan yang datang menemui keluarga calon none mantu adalah orang-orang dari keluarga yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayaan.

Pada acara ini dibicarakan:
a.         Apa cingkrem (mahar) yang diminta
b.          Nilai uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan
c.          Apa kekudang yang diminta
d.         Pelangke atau pelangkah kalau ada abang atau empok yanng dilangkahi
e.         Berapa lama pesta dilaksanakan
f.          Berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none mantu pada acara resepsi
g.         Siapa dan berapa banyak undangan.



5.      Akad Nikah

Sebelum diadakan akad nikah, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian pra-akad nikah yang terdiri dari:

a.         Masa dipiare, yaitu masa calon none mantu dipelihara oleh tukang piara atau tukang rias.Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu untuk menghadapi hari akad nikah nanti.

b.         Acara mandiin calon pengatin wanita yang dilakukan sehari sebelum akad nikah.Biasanya, sebelum acara siraman dimulai, mempelai wanita dipingit dulu selama sebulan oleh dukun manten atau tukang kembang. Pada masa pingitan itu, mempelai wanita akan dilulur dan berpuasa selama seminggu agar  pernikahannya kelak berjalan lancar.




 






Acara mandiin calon pengatin wanita
c.       Acare tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang tujuanya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang  masih tertinggal. Pada prosesi itu, mempelai wanita duduk di atas bangku yang di bawahnya terdapat air godokan rempah-rempah atau akar pohon Betawi. Hal tersebut dilakukan selama 30 menit sampai mempelai wanita mengeluarkan keringat yang memiliki wangi rempah, dan wajahnya pun menjadi lebih cantik dari biasanya.
d.      Acara ngerik atau malem pacar. Dilakukan prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan menggunakan uang logam yang diapit lalu digunting. Selanjutnya melakukan malam pacar, di mana mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.
Arak-arakkan calon pengantin pria menuju ke rumah calon istrinya
Setelah rangkaian tersebut dilaksanakan, masuklah pada pelaksanaan akad nikah. Pada saat ini, calon tuan mantu berangkat menunju rumah calon none mantu dengan membawa rombongannya yang disebut rudat. Pada prosesi akad nikah, mempelai pria dan keluarganya mendatangi kediaman mempelai wanita dengan menggunakan andong atau delman hias.Kedatangan mempelai pria dan keluarganya tersebut ditandai dengan petasan sebagai sambutan atas kedatangan mereka.
Barang yang dibawa pada akad nikah tersebut antara lain:
a.        Sirih nanas lamaran
b.        Sirih nanas hiasan
c.         Mas kawin
d.        Miniatur masjid yang berisi uang belanja
e.        Sepasang roti buaya


f.          Sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
g.        Jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
h.        Hadiah pelengkap
i.          Kue penganten
j.          kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa.
Pada prosesi ini mempelai pria tidak boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai wanita.Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam upacara adat dinamakan “Buka Palang Pintu”.



 
Buka Palang Pintu







Pada prosesi tersebut, terjadi dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran.Semua itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk untuk menemui orang tua mempelai wanita.

Dialog buka palang pintu :

Pu’un kamboja kembang kuburan
Kembangnye rontok di tenge taman
Tuan Raja ude kagak sabaran
Pengen ketemu Tuan Putri nyang ade di kedieman

Pisang raje matengnye ditusuk
Daon kelape dibuat alasnye
Kalo emang abang pengen masuk
Ape ude tau syaratnye…?

Pu’un duku di Batu Ampar
Kelape ijo jatohnye ke tane
Cuman Tuan Putri atu nyang langgar
Kalo emang jodo kagak lari, ape syaratnye?

Ngomong aje lu sebakul
Bise-bise juragan dibandring batu
Kalo ngomong nyang betul
Coba adepin aye punye Palang Pintu…!

Pada saat akad nikah, mempelai wanita memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket.Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.
Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai.Jubah, baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menjadi tanda haraan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.



 












mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita
Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah dambaan hatinya atau wanita pilihannya.Kemudian mempelai wanita mencium tangan mempelai pria.Selanjutnya, keduanya diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan (puade).Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dkenal dengan acara kebesaran.



 









Tarian kembang
Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.

6.      Acare Negor

Sehari setelah akad nikah, Tuan Penganten diperbolehkan nginep di rumah None Penganten.Meskipun nginep, Tuan Penganten tidak diperbolehkan untuk kumpul sebagaimana layaknya suami-istri.None penganten harus mampu memperthankan kesuciannya selama mungkin. Bahkan untuk melayani berbicara pun, None penganten harus menjaga gengsi dan jual mahal. Meski begitu, kewajibannya sebagai istri harus dijalankan dengan baik seperti melayani suami untuk makan, minum, dan menyiapkan peralatan mandi.

Untuk menghadapi sikap none penganten tersebut, tuan penganten menggunakan strategi yaitu dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan uang tegor. Uang tegor ini diberikan tidak secara langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas.

7.      Pulang Tige Ari

Acara ini berlangsung setelah tuan raje muda bermalam beberapa hari di rumah none penganten. Di antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis. Sebagai tanda kegembiraan dari orangtua Tuan Raje Mude bahwa anaknya memperoleh seorang gadis yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga tuan raje mude akan mengirimkan bahan-bahan pembuat lakse penganten kepada keluarga none mantu.

 

B.        Adat Menetap setelah Menikah

Dalam masyarakat dan kebudayaan Betawi, adat tidak menentukan di lingkungan mana pengantin baru itu harus tinggal menetap. Pengantin baru diberi kebebasan memilih di mana mereka akan menetap. Walaupun pada masyarakat dan kebudayaan Betawi berlaku pola menetap yang ambilokal atau utrolokal, tetapi ada kecenderungan pada pola menetap yamg matrilokal atau  unorilokal.

C.        Petasan dalam adat pernikahan orang betawi

Semakin berjalannya waktu, ternyata adat orang betawi yang memeriahkan acara pernikahan dengan petasan masih ada dan tidak hilang. Itu sudah membutikan bahwa kita sebagai orang asli indonesia harus bangga dengan mempunyai banyaknya kebudayaan unik yang ada di dalam negri sendiri.

Meski awalnya petasan ini di adaptasi dari kebudayaan cina yang dibawa oleh pedagang-pedagang tiong hoa.Namun menurut Alwi Shahab sejarawan Betawi memiliki arti simbolis, petasan dalam tradisi Cina dan Betawi yaitu sebagai alat komunikasi.“Pada jaman dulu jarak rumah penduduk berjauhan. Untuk memberitahu bahwa ada pesta pernikahan atau khitanan orang menyalakan petasan,”

Dan menurut beberapa literatur Cina tercacat bahwa bubuk mesiu pertama kali ditemukan pada masa Dinasti Sung (960-1279). Orang Cina menemukan bubuk mesiu yang merupakan campuran dari potasium nitrat, sulfur, hingga charcoal yang jika digabungkan dengan oksigen akan menimbulkan ledakan dan cahaya yang menyembur. Selain digunakan dalam peperangan ketika Cina hendak menghadang ekspansi Mongol yang dipimpin oleh Kaisar Kubelai Khan pada tahun 1279, mesiu juga digunakan untuk penyemarakan pesta tradisi Cina yaitu pernikahan dengan spiritualitas dasar: mengusir roh-roh jahat yang bisa saja mengganggu perayaan dan pesta.




 

Kebudayan Betawi itu tidak statis, tetapi dinamis dan berkembang sepanjang waktu.Ia menyerap berbagai unsur budaya baik lokal maupun global dan mengolahnya menjadi bagiandari tradisi. Makna petasan dari waktu ke waktu terus mengalami sekularisasi.Pada kebudayaan Cina ada unsur mistisnya yaitu mengusir roh-roh jahat, pada kebudayaan Betawi berkembang menjadi sarana komunikasi dan pada bulan suci puasa semakin sekular yaitu penyemarakan suasana waktu buka puasa maupun saat sahur. Petasan menjadi bagian dari entertainmenTdan hingga saat ini menyalakan petasan dalam cara pernikahan orang-orang betawi masih terus ada.

 








 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 





















BAB IV
LAMPIRAN PEMBICARAAN DAN DOKUMENTASI

A.        TRANSKIP PEMBICARAAN WAWANCARA DENGAN NARASUMBER
Narasumber : Ummi Kulsum
Sebelum melakukan proses wawancara, kami telah meminta izin  dan mengatur waktu untuk wawancara dengan narasumbernya.

Amah               :
“Jadi gini bu, dalam adat betawi sebelum pernikahan kan ada acara kegiatan ngelamar, dan yang harus dibawa dalam proses itu kan ada sirih, terus apalagi, hmm..pinang sama roti tawar.
Terus makna sirih pada saat proses ngelamar itu apa bu?”
Narasumber :
“Hmm, maknanya tuh, agar pihak laki-laki merasa bertanggung jawab, dan dalam membina rumah tangganya. Ini termasuk tradisi. Dan sirih ini juga terpakai nanti, ketika mau menjadi penganten (buat mandi dan diminum)”
Amah               :
“Oh gitu ya bu, hmm terus kalo, kalo misalkan diadat betawi kan suka ada tradisi ‘Palang Pintu’ tuh. Nah itu maknanya apa?”
Narasumber :
“Maknanya tuh menguji, menguji bela diri pengantin pria, hmm agar bisa membela diri, untuk membela keluarganya, hmm gituu.
Ini juga termasuk tradisi yang diadakan dalam adat betawi”
Amah              :
“Oh jadi ini ciri khasnya lah gitu?”
Narasumber :
“Iya, ciri khas dari masyarakat betawi”
Amah               :
“Hmm okey buu, terus pas lagi nikah juga kan, akad nikah gitu ada bawaan seserahan gitukan pas lagi nikahnya tuh, ada bawa roti buaya gitu, nah itu wajib ada kan, bu? Itu maknanya apa?”
Narasumber :
“Agar pernikahan langgeng, karena buaya itu, itu apa ya hmm binatang yang setia, binatang yang setia pada pasangannya. Jadi dalam rumah tangga itu agar langgeng sampai kakek nenek, gituuu maksudnya..”
Amah               :
“Oh jadi gitu ya buu”
Narasumber :
“Iya, jadi binatang buaya itu adalah binantang yang setia, sebenernya. Makanya kalo orang bilang buaya darat itu salah sebenernya, karna buaya itu setia pada pasangannya”
Amah               :
“Hmm iyaa ya bu hahaha, terus kalo pada saat resepsi pernikahan, kan di depan tempat nulis buku tamu, suka ada ondel-ondel tuh, nah itu maksudnya biar apa?”
Narasumber :
“Ondel-ondel dalam adat betawi itu sebuah makna, ondel-ondel itu untuk menangkal, menangkal bala dan kesialan bagi pengantennya, gituuu...”
Amah               :
“Oh iyaa...”
Narasumber :
“Iyaa, agar dalam rumah tangga tidak ada halangan, apalagi ya hmmm..gangguan, gituuu..
Makanya suka didiriin ondel-ondel”
Amah              :
“Oh makanya buat ondel-ondel itu gak boleh sembarangan yaa,buu ?”
Narasumber :
“Iyaa, gaboleh sembarangan”
Amah               :
“Hmm, terus kan dalam tradisi betawi itu kan gak ada malam pertama untuk pengantin, nah terus tujuannya itu supaya apa?”
Narasumber :
“Tujuannya.... tujuannya untuk apa? Yaaaa, karena kalau di betawi itu emang gak ada malam pertama. Karena setelah menikah, makanya itu si lakinya disuruh pulang ke rumah orang tuanya, yang benernya, yang benernya sih gituu..
Nah selama berapa hari tuh, tiga hari gituu. Tapi dia boleh, bolak-balik gituu, boleeh. Nah kalo dia ingin menetap, dia harus bawa ayam, gitu. Ayam ini nandain si cewe udah berhubungan apa belum, ketauan gitu jadinyaa..
Nah nanti ayamnya dimasak, kita bikin opor, biasanya sih bikin opor kalo ayam, tapi ada juga yang buat laksa.
Itu dibuat buat nandain kalo mereka udah sah suami istri dan nandain juga kalo mereka udah malam pertama, gitu. Jadi ketaudannya dari ayam yang udah dimasak ituu”
Amah               :
“Oh jadi abis malam pertama baru dimasak ayamnya?”
Narasumber :
“Iyaa, jadi buat nandain, ketika udah ngelaksanain malem pertama, ayamnya dimasak, terus nanti dibagiin ke pihak laki-lakinya, jadi ketauan ‘oh berarti udah ketauan nih, udah malem pertama’ gituuu, biasanya sih gitu.
Jadi gitu sih yang bener tradisinya, masih ada yang dipake, tapi ada juga yang engga, gitu.. Tapi kalo ini kebanyakan masih dipake”
Amah              :
“Sampe jaman sekarang banyak yang pake buu?”
Narasumber :
“Masih, untuk ayan ini masih dipake, kalo yang bener-bener betawi. Tapi kalo gak dipake juga gapapa, gajadi masalah, yakan..
Tapi ini tradisi juga, tradisi betawi yang harus dilestarikan”
Amah               :
“Terus pada saat resepsi pernikahan itu, pengantin cewenya kan suka pake cadar gitu, kaya hordeng ....” *di potong*
Narasumber  :
“Bukan hordeng, itu cadar namanyaa”
Amah                :
“Iyaa itudeh..itu kenapa harus ditutup?”
Narasumber  :
“Oooh, karena kalau itu menandakan.. Karena wajah itu kan aurat, jadi ditutup. Dalam betawi berpakaiannya juga dipilihkan warna yang mencolok, seperti warna merah, yang berarti penangkal roh jahat, gituuu...
Nah untu cadar yang tadi, itu buat menjaga aurat, jadi wajahnya ditutupin, yang boleh liat hanya suaminya saja, jadi untuk pria-pria lain tidak boleh, gituu”
Amah                :
“Ohh jadi maksudnya cadarnya itu buat ngalihin pandangan cowo lain gituu..”
Narasumber  :
“Hmmm iyaa, menjaga pandangan pria lain yang bukan mukhrimnya, jadi yang bisa lihat suaminya saja”
Amah                :
“Oh iyaa, yaudah terimakasih banyak ya bu, atas waktunyaa”



B.        DOKUMENTASI


 



















DAFTAR PUSTAKA