Kata Pengantar
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Jakarta,
November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar..........................................................................................................
Daftarisi.....................................................................................................................
Daftarisi.....................................................................................................................
Bab I Pendahuluan ....................................................................................................
A. Latar belakang.......................................................................................................
B. Upacara Perkawinan.............................................................................................
A. Latar belakang.......................................................................................................
B. Upacara Perkawinan.............................................................................................
C. Unsur - unsur kebudayaan adat
betawi.................................................................
Bab II Makna Tradisi Pernikahan...............................................................................
A. Makna tradisi pernikahan adat betawi.................................................................
A. Makna tradisi pernikahan adat betawi.................................................................
B. Beberapa fungsi dari upacara daur hidup............................................................
Bab III Alur Pernikahan..............................................................................................
A. Tahapan pernikahan adat betawi..........................................................................
Bab III Alur Pernikahan..............................................................................................
A. Tahapan pernikahan adat betawi..........................................................................
B. Adat menetap setelah menikah ..........................................................................
C. Petasan dalam adat pernikahan orang betawi ...................................................
Bab IV Lampiran Pembicaraan dan Dokumentasi.....................................................
A.
Transkip pembicaraan wawancara dengan narasumber...................................
B.
Dokumentasi...................................................................................................................
Daftarpustaka........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Disetiap daerah mempunyai simbol pernikahan yang
beranekaragam jenis dan bentuknya dan pastinya memiliki arti tersendiri serta
kepercayaan dari masing-masing adat dan kebudayaan. Kita pasti tahu apa arti
dari simbol pernikahan, yang dimaksud dengan simbol pernikahan adalah sesuatu
hal atau barang yang menjadi ciri khas atau identik dari setiap perayaan atau
resepsi pernikahan dan selalu ada dalam acara pernikahan tersebut. Banyak yang
beranggapan bahwa dari suatu jenis atau macam dari simbol pernikahan itu pasti
berbeda-beda dari kebudayaan ke budaya lainnya. Dalam hal ini saya akan berbagi
pengetahuan mengenai pernikahan dalam adat betawi di Indonesia.
B.
UpacaraPerkawinan
Upacara
perkawinan adat Betawi ditandai dengan serangkaian prosesi.Didahului masa
perkenalan melalui Mak Comblang.Dilanjutkan lamaran.Pingitan.Upacara
siraman.Prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan uang logam yang
diapit lalu digunting.Malam pacar, mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku
tangannya dengan pacar.
Puncak adat
Betawi adalah Akad nikah.Mempelai wanita memakai baju kurung dengan teratai dan
selendang sarung songket.Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta
kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong.Dahi mempelai
wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit menandakan masih gadis saat
menikah.Mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, Hem, Jas, serta
kopiah.Ditambah baju Gamis berupa Jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai.
C.
Unsur – Unsur Kebudayaan Betawi
1. Sistem Mata Pencaharian
Mata
pencaharian orang Betawi bisa dibedakan. Antara lain sebagai berikut :
a.
Mereka yang
berada di tengah kota menunjukkan mata pencaharian yang bervariasi, misalnya
sebagai pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang seperti
membuat meubel.
b. Mereka yang berada di daerah pinggiran hidup sebagai
petani sawah, buah-buahan, pedagang kecil, memelihara ikan, dan sekarang di
antara mereka banyak yang menjadi buruh pabrik, guru, dan lain-lain.
2. Sistem Iptek
Pada umumnya banyak yang beranggapan bahwa Orang
Betawi itu malas bekerja, berebut warisan, sering berkelahi, dan
lain-lain.Sehingga mereka dibilang “Ngontrak di Tanah Sendiri”.
Sebenarnya
banyak orang- orang Betawi yang sudah sangat maju dalam hal pendidikan dan cara
berpikir karena tersentuh modernisasi oleh karena itu mereka mempunyai
visi yang jelas, tujuan hidup yang pasti dan berpendidikan.
Sayangnya,
citra orang Betawi yang terus-menerus ditampilkan di layar televisi adalah
orang Betawi yang malas bekerja, berebut warisan, berkelahi dengan keluarga,
kalaupun sekolah sifatnya mengaji gaya kampung. Karena pada umumnya mereka
masih mempunyai sikap yang sama dengan pendahulunya, seperti tidak kemaruk pangkat,
tidak mempunyai ambisi yang terlalu tinggi, hidup bagaikan mengikuti aliran air
atau ke mana angin berembus.
3. Sistem Kekerabatan Masyarakat
Dalam
penarikan garis keturunan, mereka mengikuti prinsip bilineal, artinya menarik
garis keturunan kepada pihak ayah dan pihak ibu.Adat menetap nikah sangat
tergantung kepada perjanjian kedua pihak sebelum perpisahan berlangsung.Ada
yang menetap secara patrilokal maupun matrilokal.Masyarakat Betawi atau Jakarta
asli dalam hal susunan masyarakat dan sistem kekerabatanya, pada umumnya
menganut sistem patrilineal
4. Sistem Peralatan Hidup
Betawi
memiliki perkembangan yang bisa dikatakan paling pesat dari semua daerah yang
tersebar di Indonesia.Begitu juga dengan pesatnya perkembangan teknologi yang
dialami di Jakarta.
Teknologi Suku
Betawi didatangkan dari negara asing, seperti senjata api, kapal laut, kompas, teropong,
peralatan pabrik dan bercocok tanam, dan lain sebagainya.
Masyarakat
Betawi banyak mengadaptasi perkembangan peralatan teknologi yang di buat di
Jepang.Sayang untuk dikatakan, tetapi masyarakat Betawi merupakan konsumen yang
memiliki sifat ‘konsumtif’ yang secara langsungmempengaruhi negara kita.
5. Sistem Bahasa
Bahasa Betawi
merupakan bahasa sehari-hari suku asli ibu kota negara Indonesia yaitu Jakarta.
Bahasa ini mempunyai banyak kesamaan dengan Bahasa resmi Indonesia yaitu Bahasa
Indonesia.Bahasa Betawi merupakan salah satu anak Bahasa Melayu, banyak istilah
Melayu Sumatra ataupun Melayu Malaysia yang digunakan dalam Bahasa Betawi,
seperti kata “niari” untuk hari ini.Ciri khas Bahasa Betawi adalah mengubah
akhiran “A” menjadi “E”.sebagai contoh, Siape, Dimane, Ade Ape, Kenape.
6. Sistem Kesenian
Suku Betawi memiliki
banyak kesenian yaitu :
a.
Tari Betawi
b.
Musik betawi
c.
Ondel-ondel
d.
Cerita rakyat
e.
Lenong
7. Sistem Religi
Sebagian besar
Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen Protestan
dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali.Menurut H. Mahbub Djunaidi
kebudayaan betawi sebagai suatu subkultur hampir tidak bisa dipisahkan dengan
agama Islam.Agama Islam sangat mengakar dalam kebudayaan Betawi terlihat dalam
berbagai kegiatan masyarakat betawi dalam menjalani kehidupan.
BAB
II
TRADISI
PERNIKAHAN
A.
Makna Tradisi Pernikahan
Perkawinan dalam masyarakat Betawi merupakan
salah satu daur hidup yang sangat penting.Dalam pelaksanannya, rangkaian
upacara perkawinan tersebut tak terlepas dari adat-istiadat yang berlaku dan
masih dipegang teguh oleh masyarakat Betawi. Dalam rangkaian upacara perkawinan Betawi, ada beberapa langkah yang harus dihadapi
oleh calon penganten yang antara lain: ngedelengin, ngelamar, bawa tanda putus,
akad nikah, kebesaran, acare negor, dan pulang tige ari.
Perkawinan bagi banyak masyarakat dianggap sangat penting.Perkawinan
dipandang sebagai peristiwa sosial dan agama.Perkawinan bukan saja bermakna
sebagai peralihan dari masa lajang ke kehidupan berumah tangga tetapi juga
dipandang sebagai pemenuhan kewajiban agama.Di samping itu, perkawinan juga
dipandang sebagai suatu wadah untuk menunjukkan gengsi kemasyarakatan.
B.
Beberapa fungsi dari upacara daur
hidup antara lain:
1.
Fungsi
religius, yaitu meredam
kekhawatiran akan adanya malapetaka yang akan menimpa suatu masyarakat tertentu
apabila tidak melaksanakan upacara daur hidup.
2.
Fungsi sosial, yaitu sebagai aktivitas untuk menumbuhkan kembali
semangat kehidupan sosial antara warga masyarakat dan juga sebagai kontrol
sosial.
3.
Fungsi
kepariwisataan, yaitu strategi untuk
menarik wisatawan yang dapat menghasilkan modal wisatA
Terdapat pula
nilai-nilai yang terkandung dalam daur hidup suatu kebudayaan tertentu, antara
lain:
1.
Nilai
kegotongroyongan
2.
Nilai
musyawarah
BAB
III
ALUR
PERNIKAHAN
A. Tahapan dalam Rangkaian Upacara Pernikahan Betawi
1. Ngedelengin
Untuk sampai ke jenjang perkawinan, sepasang muda-mudi (sekarang) biasanya melalui tingkat pacaran yang disebut berukan.Masa ini dapat diketahui oleh orangtua kedua belah pihak, tetapi tidak asing kalau orangtua kedua belah pihak tidak mengetahui anaknya sedang pacaran.
Sistem perkawinan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam, kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan.Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi bebas memilih teman hidup mereka sendiri.Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa terjadi tersebut dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orangtua kedua belah pihak sangat penting, karena orangtualah yang akan membantu terlaksanakannya perkawinan tersebut.
Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya perkawinan adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi.Bila sudah ada kecocokan, orangtua pemuda lalu melamar ke orangtua si gadis.Masa perkenalan antara pria dan wanita pada budaya Betawi zaman dulu tidak berlangsung begitu saja atau terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, diperlukan Mak Comblang seperti Encing atau Encang (Paman dan bibi) yang akan mengenalkan kedua belah pihak.
Istilah lain yang juga dikenal dalam masa perkenalan sebelum perkawinan dalam adat Betawi adalah ngedelengin. Dulu, di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis bila si gadis ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan oleh Mak Comblang atas permintaan orangtua si pemuda.Hal ini merupakan awal dari tugas dan pekerjaan ngedelengin.
Ngedelengin bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka sendiri.Pada sebuah keriaan atau pesta perkawinan biasanya ada malem mangkat.Keriaan seperti ini melibatkan partisipasi pemuda.Di sinilah ajang tempat bertemu dan saling kenalan antara pemuda dan pemudi.Ngedelengin juga bisa dilakukan oleh orangtua walaupun hanya pada tahap awalnya saja.
Setelah menemukan calon yang disukai, kemudian Mak Comblang mengunjungi rumah si gadis.Setelah melalui obrolan dengan orangtua si gadis, kemudian Mak Comblang memberikan uangsembe (angpaw) kepada si gadis.Kemudian setelah ada kecocokan, sampailah pada penentuanngelamar. Pada saat itu Mak Comblang menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi bawaan ngelamar.
2. Ngelamar
Bagi orang Betawi, ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga laki-laki (calon tuan mantu) untuk melamar wanita (calon none mantu) kepada pihak keluarga wanita. Ketika itu juga keluarga pihak laki-laki mendapat jawaban persetujuan atau penolakan atas maksud tersebut.Pada saat melamar itu, ditentukan pula persyaratan untuk menikah, di antaranya mempelai wanita harus sudah tamat membaca Al Quran.
Yang harus dipersiapkan dalam ngelamar ini adalah:
a.
Sirih lamaran
b. Pisang raja
c. Roti
Buaya
d. Hadiah Pelengkap
Para utusan yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil
orang tua dari calon tuan mantu terdiri dari sepasang wakil
keluarga ibu dan bapak.
4. Bawa tande putus
Cincin belah rotan
Tanda putus bisa berupa apa saja.
Tetapi biasanya pelamar memberikan bentuk cincin belah rotan sebagai tanda
putus. Tande putus artinya bahwa none calon mantu telah terikat dan tidak lagi
dapat diganggu gugat oleh pihak lain walaupun pelaksanaan tande putus dilakukan
jauh sebelum pelaksanaan acara akad nikah.
Masyarakat Betawi biasanya
melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan acara bawa tande putus dilakukan
hari yang sama seminggu sesudahnya. Pada acara ini utusan yang datang menemui
keluarga calon none mantu adalah orang-orang dari keluarga yang sudah ditunjuk
dan diberi kepercayaan.
Pada acara ini dibicarakan:
a.
Apa cingkrem (mahar) yang diminta
b.
Nilai
uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan
c.
Apa
kekudang yang diminta
d.
Pelangke
atau pelangkah kalau ada abang atau empok yanng dilangkahi
e.
Berapa
lama pesta dilaksanakan
f.
Berapa
perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none mantu pada acara
resepsi
g.
Siapa
dan berapa banyak undangan.
5. Akad Nikah
Sebelum diadakan akad nikah, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian pra-akad nikah yang terdiri dari:
a. Masa dipiare, yaitu masa calon none mantu dipelihara oleh tukang piara atau tukang rias.Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu untuk menghadapi hari akad nikah nanti.
b. Acara mandiin calon pengatin wanita yang dilakukan sehari sebelum akad nikah.Biasanya, sebelum acara siraman dimulai, mempelai wanita dipingit dulu selama sebulan oleh dukun manten atau tukang kembang. Pada masa pingitan itu, mempelai wanita akan dilulur dan berpuasa selama seminggu agar pernikahannya kelak berjalan lancar.
Acara mandiin calon pengatin wanita
c. Acare tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang
tujuanya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang masih
tertinggal. Pada prosesi itu, mempelai wanita duduk di atas bangku yang di
bawahnya terdapat air godokan rempah-rempah atau akar pohon Betawi. Hal
tersebut dilakukan selama 30 menit sampai mempelai wanita mengeluarkan keringat
yang memiliki wangi rempah, dan wajahnya pun menjadi lebih cantik dari
biasanya.
d. Acara ngerik atau malem pacar. Dilakukan prosesi potong cantung atau ngerik
bulu kalong dengan menggunakan uang logam yang diapit lalu digunting.
Selanjutnya melakukan malam pacar, di mana mempelai memerahkan kuku kaki dan
kuku tangannya dengan pacar.
Arak-arakkan calon pengantin pria menuju ke rumah calon istrinya
Setelah rangkaian tersebut
dilaksanakan, masuklah pada pelaksanaan akad nikah. Pada saat ini, calon tuan
mantu berangkat menunju rumah calon none mantu dengan membawa rombongannya yang
disebut rudat. Pada prosesi akad nikah, mempelai pria dan keluarganya
mendatangi kediaman mempelai wanita dengan menggunakan andong atau delman
hias.Kedatangan mempelai pria dan keluarganya tersebut ditandai dengan petasan
sebagai sambutan atas kedatangan mereka.
Barang yang dibawa pada akad nikah
tersebut antara lain:
a.
Sirih
nanas lamaran
b.
Sirih
nanas hiasan
c.
Mas
kawin
d.
Miniatur masjid yang berisi uang belanja
e.
Sepasang
roti buaya
f.
Sie
atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
g.
Jung
atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
h.
Hadiah
pelengkap
i.
Kue
penganten
j.
kekudang
artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh none
calon mantu sejak kecil sampai dewasa.
Pada prosesi ini mempelai pria tidak
boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai wanita.Maka, kedua belah pihak
memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam upacara adat dinamakan
“Buka Palang Pintu”.
Buka Palang Pintu
Pada prosesi tersebut, terjadi dialog
antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat
serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran.Semua itu
merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk untuk
menemui orang tua mempelai wanita.
Dialog buka palang pintu :
Pu’un kamboja kembang kuburan
Kembangnye rontok di tenge taman
Tuan Raja ude kagak sabaran
Pengen ketemu Tuan Putri nyang ade di
kedieman
Pisang raje matengnye ditusuk
Daon kelape dibuat alasnye
Kalo emang abang pengen masuk
Ape ude tau syaratnye…?
Pu’un duku di Batu Ampar
Kelape ijo jatohnye ke tane
Cuman Tuan Putri atu nyang langgar
Kalo emang jodo kagak lari, ape
syaratnye?
Ngomong aje lu sebakul
Bise-bise juragan dibandring batu
Kalo ngomong nyang betul
Coba adepin aye punye Palang Pintu…!
Pada saat akad nikah, mempelai wanita
memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket.Kepala mempelai
wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta
hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda
merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.
Sementara itu, mempelai pria memakai
jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju gamis
berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai.Jubah, baju gamis, dan
selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menjadi
tanda haraan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.
mempelai
pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita
Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita
untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah dambaan hatinya atau
wanita pilihannya.Kemudian mempelai wanita mencium tangan mempelai
pria.Selanjutnya, keduanya diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan
(puade).Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dkenal dengan acara
kebesaran.

Tarian kembang
Adapun upacara tersebut ditandai
dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul
dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga
kedua belah pihak yang tengah berbahagia.
6. Acare Negor
Sehari setelah akad nikah, Tuan Penganten diperbolehkan nginep di rumah None Penganten.Meskipun nginep, Tuan Penganten tidak diperbolehkan untuk kumpul sebagaimana layaknya suami-istri.None penganten harus mampu memperthankan kesuciannya selama mungkin. Bahkan untuk melayani berbicara pun, None penganten harus menjaga gengsi dan jual mahal. Meski begitu, kewajibannya sebagai istri harus dijalankan dengan baik seperti melayani suami untuk makan, minum, dan menyiapkan peralatan mandi.
Untuk menghadapi sikap none penganten tersebut, tuan penganten menggunakan strategi yaitu dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan uang tegor. Uang tegor ini diberikan tidak secara langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas.
7. Pulang Tige Ari
Acara ini berlangsung setelah tuan raje muda bermalam beberapa hari di rumah none penganten. Di antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis. Sebagai tanda kegembiraan dari orangtua Tuan Raje Mude bahwa anaknya memperoleh seorang gadis yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga tuan raje mude akan mengirimkan bahan-bahan pembuat lakse penganten kepada keluarga none mantu.
B. Adat Menetap setelah Menikah
Dalam masyarakat dan kebudayaan Betawi, adat tidak menentukan di lingkungan mana pengantin baru itu harus tinggal menetap. Pengantin baru diberi kebebasan memilih di mana mereka akan menetap. Walaupun pada masyarakat dan kebudayaan Betawi berlaku pola menetap yang ambilokal atau utrolokal, tetapi ada kecenderungan pada pola menetap yamg matrilokal atau unorilokal.
C. Petasan dalam adat pernikahan orang betawi
Semakin berjalannya waktu, ternyata adat orang betawi yang memeriahkan acara pernikahan dengan petasan masih ada dan tidak hilang. Itu sudah membutikan bahwa kita sebagai orang asli indonesia harus bangga dengan mempunyai banyaknya kebudayaan unik yang ada di dalam negri sendiri.
Meski awalnya petasan ini di adaptasi dari kebudayaan cina yang dibawa oleh pedagang-pedagang tiong hoa.Namun menurut Alwi Shahab sejarawan Betawi memiliki arti simbolis, petasan dalam tradisi Cina dan Betawi yaitu sebagai alat komunikasi.“Pada jaman dulu jarak rumah penduduk berjauhan. Untuk memberitahu bahwa ada pesta pernikahan atau khitanan orang menyalakan petasan,”
Dan menurut beberapa literatur Cina tercacat bahwa bubuk mesiu pertama kali ditemukan pada masa Dinasti Sung (960-1279). Orang Cina menemukan bubuk mesiu yang merupakan campuran dari potasium nitrat, sulfur, hingga charcoal yang jika digabungkan dengan oksigen akan menimbulkan ledakan dan cahaya yang menyembur. Selain digunakan dalam peperangan ketika Cina hendak menghadang ekspansi Mongol yang dipimpin oleh Kaisar Kubelai Khan pada tahun 1279, mesiu juga digunakan untuk penyemarakan pesta tradisi Cina yaitu pernikahan dengan spiritualitas dasar: mengusir roh-roh jahat yang bisa saja mengganggu perayaan dan pesta.
Kebudayan Betawi itu tidak statis, tetapi dinamis dan berkembang sepanjang waktu.Ia menyerap berbagai unsur budaya baik lokal maupun global dan mengolahnya menjadi bagiandari tradisi. Makna petasan dari waktu ke waktu terus mengalami sekularisasi.Pada kebudayaan Cina ada unsur mistisnya yaitu mengusir roh-roh jahat, pada kebudayaan Betawi berkembang menjadi sarana komunikasi dan pada bulan suci puasa semakin sekular yaitu penyemarakan suasana waktu buka puasa maupun saat sahur. Petasan menjadi bagian dari entertainmenTdan hingga saat ini menyalakan petasan dalam cara pernikahan orang-orang betawi masih terus ada.
BAB
IV
LAMPIRAN
PEMBICARAAN DAN DOKUMENTASI
A.
TRANSKIP PEMBICARAAN WAWANCARA DENGAN
NARASUMBER
Narasumber : Ummi
Kulsum
Sebelum melakukan proses wawancara, kami telah
meminta izin dan mengatur waktu untuk
wawancara dengan narasumbernya.
Amah :
|
“Jadi gini bu, dalam adat betawi sebelum
pernikahan kan ada acara kegiatan ngelamar, dan yang harus dibawa dalam
proses itu kan ada sirih, terus apalagi, hmm..pinang sama roti tawar.
Terus makna sirih pada saat proses ngelamar
itu apa bu?”
|
Narasumber :
|
“Hmm, maknanya tuh, agar pihak laki-laki
merasa bertanggung jawab, dan dalam membina rumah tangganya. Ini termasuk
tradisi. Dan sirih ini juga terpakai nanti, ketika mau menjadi penganten
(buat mandi dan diminum)”
|
Amah :
|
“Oh gitu ya bu, hmm terus kalo, kalo
misalkan diadat betawi kan suka ada tradisi ‘Palang Pintu’ tuh. Nah itu
maknanya apa?”
|
Narasumber :
|
“Maknanya tuh menguji, menguji bela diri
pengantin pria, hmm agar bisa membela diri, untuk membela keluarganya, hmm
gituu.
Ini juga termasuk tradisi yang diadakan
dalam adat betawi”
|
Amah :
|
“Oh jadi ini ciri khasnya lah gitu?”
|
Narasumber :
|
“Iya, ciri khas dari masyarakat betawi”
|
Amah :
|
“Hmm okey buu, terus pas lagi nikah juga
kan, akad nikah gitu ada bawaan seserahan gitukan pas lagi nikahnya tuh, ada
bawa roti buaya gitu, nah itu wajib ada kan, bu? Itu maknanya apa?”
|
Narasumber :
|
“Agar pernikahan langgeng, karena buaya itu,
itu apa ya hmm binatang yang setia, binatang yang setia pada pasangannya.
Jadi dalam rumah tangga itu agar langgeng sampai kakek nenek, gituuu
maksudnya..”
|
Amah :
|
“Oh jadi gitu ya buu”
|
Narasumber :
|
“Iya, jadi binatang buaya itu adalah
binantang yang setia, sebenernya. Makanya kalo orang bilang buaya darat itu
salah sebenernya, karna buaya itu setia pada pasangannya”
|
Amah :
|
“Hmm iyaa ya bu hahaha, terus kalo pada saat
resepsi pernikahan, kan di depan tempat nulis buku tamu, suka ada ondel-ondel
tuh, nah itu maksudnya biar apa?”
|
Narasumber :
|
“Ondel-ondel dalam adat betawi itu sebuah
makna, ondel-ondel itu untuk menangkal, menangkal bala dan kesialan bagi
pengantennya, gituuu...”
|
Amah :
|
“Oh iyaa...”
|
Narasumber :
|
“Iyaa, agar dalam rumah tangga tidak ada
halangan, apalagi ya hmmm..gangguan, gituuu..
Makanya suka didiriin ondel-ondel”
|
Amah :
|
“Oh makanya buat ondel-ondel itu gak boleh
sembarangan yaa,buu ?”
|
Narasumber :
|
“Iyaa, gaboleh sembarangan”
|
Amah :
|
“Hmm, terus kan dalam tradisi betawi itu kan
gak ada malam pertama untuk pengantin, nah terus tujuannya itu supaya apa?”
|
Narasumber :
|
“Tujuannya.... tujuannya untuk apa? Yaaaa,
karena kalau di betawi itu emang gak ada malam pertama. Karena setelah
menikah, makanya itu si lakinya disuruh pulang ke rumah orang tuanya, yang
benernya, yang benernya sih gituu..
Nah selama berapa hari tuh, tiga hari gituu.
Tapi dia boleh, bolak-balik gituu, boleeh. Nah kalo dia ingin menetap, dia
harus bawa ayam, gitu. Ayam ini nandain si cewe udah berhubungan apa belum,
ketauan gitu jadinyaa..
Nah nanti ayamnya dimasak, kita bikin opor,
biasanya sih bikin opor kalo ayam, tapi ada juga yang buat laksa.
Itu dibuat buat nandain kalo mereka udah sah
suami istri dan nandain juga kalo mereka udah malam pertama, gitu. Jadi
ketaudannya dari ayam yang udah dimasak ituu”
|
Amah :
|
“Oh jadi abis malam pertama baru dimasak
ayamnya?”
|
Narasumber :
|
“Iyaa, jadi buat nandain, ketika udah
ngelaksanain malem pertama, ayamnya dimasak, terus nanti dibagiin ke pihak
laki-lakinya, jadi ketauan ‘oh berarti udah ketauan nih, udah malem pertama’
gituuu, biasanya sih gitu.
Jadi gitu sih yang bener tradisinya, masih
ada yang dipake, tapi ada juga yang engga, gitu.. Tapi kalo ini kebanyakan
masih dipake”
|
Amah :
|
“Sampe jaman sekarang banyak yang pake buu?”
|
Narasumber :
|
“Masih, untuk ayan ini masih dipake, kalo
yang bener-bener betawi. Tapi kalo gak dipake juga gapapa, gajadi masalah,
yakan..
Tapi ini tradisi juga, tradisi betawi yang
harus dilestarikan”
|
Amah :
|
“Terus pada saat resepsi pernikahan itu,
pengantin cewenya kan suka pake cadar gitu, kaya hordeng ....” *di potong*
|
Narasumber :
|
“Bukan hordeng, itu cadar namanyaa”
|
Amah :
|
“Iyaa itudeh..itu kenapa harus ditutup?”
|
Narasumber :
|
“Oooh, karena kalau itu menandakan.. Karena
wajah itu kan aurat, jadi ditutup. Dalam betawi berpakaiannya juga dipilihkan
warna yang mencolok, seperti warna merah, yang berarti penangkal roh jahat,
gituuu...
Nah untu cadar yang tadi, itu buat menjaga
aurat, jadi wajahnya ditutupin, yang boleh liat hanya suaminya saja, jadi untuk
pria-pria lain tidak boleh, gituu”
|
Amah :
|
“Ohh jadi maksudnya cadarnya itu buat
ngalihin pandangan cowo lain gituu..”
|
Narasumber :
|
“Hmmm iyaa, menjaga pandangan pria lain yang
bukan mukhrimnya, jadi yang bisa lihat suaminya saja”
|
Amah :
|
“Oh iyaa, yaudah terimakasih banyak ya bu,
atas waktunyaa”
|
B.
DOKUMENTASI
DAFTAR
PUSTAKA













Tidak ada komentar:
Posting Komentar